Zero.co.id, Sumenep – Fenomena curhat yang berujung pada tumbuhnya rasa saling menyayangi di luar ikatan pernikahan belakangan ini kian sering menjadi perbincangan di tengah masyarakat Kabupaten Sumenep. Kisah semacam ini umumnya bermula dari persoalan rumah tangga yang sejatinya dapat diselesaikan secara internal, namun justru melebar ke arah yang keliru.
Dalam salah satu cerita yang berkembang di masyarakat, seorang istri memilih pulang ke rumah orang tuanya setelah terlibat pertengkaran dengan sang suami. Di tengah kondisi emosi yang rapuh, ia kemudian mencari pelarian dengan mencurahkan isi hati kepada seorang teman laki-laki. Awalnya, niat tersebut hanya sebatas berbagi cerita dan meminta pendapat.
Namun seiring berjalannya waktu, komunikasi yang terlalu intens perlahan berubah menjadi kedekatan emosional yang melampaui batas kewajaran. Situasi semakin rumit ketika sang teman ternyata menyimpan perasaan terhadap perempuan yang masih berstatus istri orang.
Hubungan yang seharusnya berhenti pada empati justru berkembang menjadi keterikatan emosional. Keduanya terlena hingga melupakan fakta adanya ikatan pernikahan yang sah serta tanggung jawab keluarga yang seharusnya dijaga bersama.
Kondisi makin diperparah ketika suami tidak berada di rumah. Istri merasa seolah bebas tanpa ikatan tanggung jawab, bahkan mengaku telah pasrah terhadap pernikahan yang baru seumur jagung. Keinginan untuk berpisah pun muncul tanpa adanya upaya serius untuk memperbaiki dan menyelamatkan rumah tangga.
Padahal, membangun rumah tangga bukanlah perkara mudah. Pertengkaran merupakan hal yang lumrah dalam setiap pernikahan dan sejatinya menjadi ujian kedewasaan bagi pasangan suami istri. Pada titik inilah diperlukan sikap saling memahami, menahan ego, serta keberanian untuk menyelesaikan persoalan, bukan mencari pelarian yang justru menambah luka.
Pernikahan kerap diibaratkan seperti gelas dan lepek yang saling bergesekan. Gesekan tersebut mungkin meninggalkan goresan, namun bukan alasan untuk membuangnya. Justru dari situlah komitmen, kesetiaan, dan kedewasaan diuji.
Perselingkuhan bukanlah solusi atas konflik rumah tangga. Sebaliknya, tindakan tersebut hanya akan melahirkan luka baru, merusak kepercayaan, serta menghancurkan banyak pihak, termasuk anak dan keluarga besar. Sudah seharusnya setiap individu kembali pada nilai tanggung jawab, kesetiaan, dan keberanian untuk menyelesaikan masalah secara dewasa.






