JAKARTA – Senator DPD RI asal Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama, kembali bikin publik melirik. Bukan karena manuver politik atau gebrakannya di parlemen, melainkan pernyataannya soal eksistensi dirinya di media sosial, Minggu (1/6).
Gen Z Butuh Figur Panutan
Dalam wawancara dengan media pada Sabtu (31/5), perempuan cantik yang akrab disapa Neng Lia itu mengungkap alasan di balik kebiasaannya aktif di ruang publik dan media sosial. Bukan cari panggung, tapi demi menjangkau generasi muda yang haus figur panutan.
“Anak-anak sekarang terutama Gen Z butuh role model. Kalau kita mau jadi panutan, ya kita harus masuk ke dunia mereka. Salah satunya lewat konten media sosial dan kehadiran di ruang-ruang digital maupun publik,” bebernya lugas.
Neng Lia tak ingin terjebak dalam gaya komunikasi politisi yang dianggapnya ketinggalan zaman. Di tengah derasnya arus media sosial, ia memilih masuk ke semesta Gen Z lewat konten, video, hingga interaksi langsung. Baginya, pendekatan klasik tak lagi relevan.
“Kita berbicara differensiasi kebutuhan. Misal, saya sering rekaman, itu bagian dari caraku untuk masuk dunianya mereka,” ujarnya santai.
Tak Ingin Terjebak Politik Jadul
Sebagai doktor lulusan UIN Sunan Ampel Surabaya, Neng Lia punya prinsip kuat: politisi harus membumi. Bukan sok eksklusif apalagi jaga jarak. Justru harus hadir sebagai sosok yang bisa diajak ngobrol, ditonton, bahkan ditiru.
“Jangan sampai melihat politisi jadi hal yang membosankan. Itu bahaya, bisa menumbuhkan apatisme politik,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan, tugas senator tak melulu soal regulasi dan pengawasan. Lebih dari itu, ada tanggung jawab besar menjaga semangat publik agar tetap peduli dengan arah politik negeri ini.
“Jadi anggota dewan bukan hanya soal legislasi dan pengawasan. Kita juga harus mampu menjaga semangat publik agar mereka tidak apatis terhadap politik,” kata Neng Lia.
Pilih Medsos untuk Advokasi Kepentingan Masyarakat
Sebagai keponakan Gubernur Khofifah Indar Parawansa, Neng Lia membawa gaya politik yang lebih segar. Ia mengaku sengaja memilih media sosial sebagai senjata menyampaikan gagasan, sekaligus membangun kepedulian publik terhadap isu sosial dan politik.
“Untuk menarik perhatian dan menegaskan aspirasi masyarakat, saya memainkan media. Ketika speak up bisa dapat kepedulian, maka itu harus dimanfaatkan dengan baik,” pungkasnya.