SUMENEP – Kondisi jalan penghubung antara Desa Bragung dan Desa Prancak, Kecamatan Guluk-Guluk, Kabupaten Sumenep, Madura, memantik keprihatinan mendalam, Sabtu (3/5).
Bertahun-tahun tak tersentuh perbaikan, ruas jalan sepanjang hampir 300 meter itu kini berubah menjadi lintasan penuh risiko.
Kerusakannya tak main-main. Aspal yang dulu menutupi permukaan jalan kini tinggal kenangan. Lubang-lubang besar menganga di mana-mana, dan saat hujan turun, lubang itu berubah menjadi genangan air yang menutupi permukaan, menyulitkan pengendara mengenali bahaya di depan mata.
Bagi warga, jalan tersebut bukan sekadar akses penghubung dua desa—melainkan jalur vital yang menjadi nadi aktivitas harian.
Anak-anak sekolah, pedagang, hingga warga yang hendak ke puskesmas harus melewati jalan ini setiap hari, dengan risiko kecelakaan yang terus mengintai.
“Kalau pemerintah benar-benar hadir untuk rakyat, jalan ini seharusnya sudah diperbaiki. Kami tidak minta jalan tol, cukup jalan yang layak dilewati,” keluh Rahman, warga Desa Bragung, Jumat (2/5).
Tak sedikit warga menjuluki jalan tersebut sebagai “jalur derita”. Hampir tiap hari ada kendaraan tergelincir atau terperosok, terutama sepeda motor. Kondisi ini memunculkan keresahan yang terus memuncak di tengah masyarakat.
Anwar, salah satu warga lainnya, juga mengkritik minimnya perhatian pemerintah terhadap infrastruktur dasar di daerah.
Ia menilai jalan rusak itu bukan sekadar soal kenyamanan, tapi juga menyangkut keselamatan dan kelangsungan ekonomi warga.
“Jalan ini sudah bertahun-tahun rusak. Jangan tunggu ada korban jiwa dulu baru pemerintah bertindak,” tegas Anwar.
Ia menambahkan, jika kondisi ini terus dibiarkan, bukan hanya kegiatan ekonomi yang terganggu, tapi juga semangat warga untuk maju perlahan akan terkikis.
“Kami cuma ingin perhatian. Jangan sampai karena kami tinggal di desa, lalu dianggap tidak penting. Padahal jalan ini dipakai semua orang, dari anak sekolah sampai pedagang,” harapnya.